Label

Senin, 12 November 2018

Air Terjun Sri Gethuk, Pesona Gunung Kidul Yogyakarta

    Jika kamu mencari destinasi wisata air di Yogyakarta, kamu bisa mengunjungi air terjun Sri Gethuk. Air terjun ini berada di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta ini bakal memanjakan Anda. Jika kamu tidak hafal jalan untuk menuju kesini bisa menggunakan google maps dengan kata kunci "Air Terjun Sri Gethuk".
  Dari tempat parkir kita harus berjalan beberapa menit, kita juga bisa naik rakit jika tak mau capek dan tentunya dengan harga terjangkau.
Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya sampai juga di Air Terjun Sri Gethuk. Air dari air terjun ini akan mengalir ke Sungai Oyo karena memang terletak di pinggir Sungai Oyo. Selain menikmati pemandangan air terjun tentunya kamu juga bisa menikmati asyiknya berenang di Sungai Oyo yang biasa disebut Green Canyon-nya Jogja ini. Disebut Green Canyon mungkin karena warna airnya yang hijau. Di sini cukup ramai pengunjungnya, banyak wisatawan dari luar daerah juga, terutama saat weekend.
Jika kamu sudah penasaran seperti apa air terjun sri gethuk, silahkan lihat foto di bawah ini.

Air Terjun Sri Gethuk

Foto di atas adalah foto dengan angle yang lumayan dekat, dan mungkin hanya foto itu yang bisa mimin tampilkan, karena saat mimin sampai sana hujan pun datang dan tidak sempat foto-foto dengan background Sungai Oyo, tapi kalian bisa lihat di google pasti banyak, hehee...
Oiya, jika kalian ingin ke sini dengan google maps lebih baik HP di cas penuh terlebih dahulu, jangan sampai seperti yang mimin alami, perjalanan masih jauh baterai sudah habis. Akhirnya mimin nyasar dan harus bertanya rute berkali-kali. Lho, emang HP temennya juga mati?? atau nggak ada google mapsnya?
Mimin ke sini sendirian, dan untuk pertama kalinya juga. Untung mimin bawa kamera, jadi tetap bisa foto-foto di sini.
  Mungkin segitu dulu dari mimin, semoga bermanfaat...

Senin, 28 Mei 2018

Beli Kartu Memori Jangan Asal Pilih, Atau Anda Akan Menyesal

   Kartu memori atau memory card adalah media penyimpanan eksternal yang sangat berperan penting dalam dunia elektronik seperti handphone, kamera, dll. Misal kamera, sebuah kamera tidak akan dapat menyimpan foto dan video tanpa adanya memory card. Kartu memori juga berpengaruh terhadap kinerja kamera. Jadi jangan asal pilih saat anda membeli kartu memori, jika asal-asalan mungkin bisa mendapat pengalaman pahit seperti saya.
   Di bawah ini saya akan bercerita tentang kartu memori yang belum lama saya beli. Jadi awal mulanya kartu memori yang biasa saya pakai untuk kamera DSLR tiba-tiba tidak terbaca di kamera, itu terjadi saat saya naik ke Gunung Merbabu. Saya biasa memakai Micro SD+adaptor saat memotret dengan DSLR, alasannya karena bisa langsuh dipindahkan ke HP. Saat saya menyalakan kamera, tiba-tiba memori tidak terbaca alias rusak (wajar karena memori sudah berumur sekitar 5 tahun). Untung saja saya membawa HP yang di dalamnya ada micro SD, jadi tinggal saya pindahkan saja memori yang ada di HP ke kamera, beres dan acara foto-foto berjalan lancar...
   Pengalaman pahitnya yaitu di lain hari saya beli Micro SD untuk menggantikan kartu memori yang ada di kamera. Karena dana pas-pasan akhirnya saya memilih membeli micro SD yang dibandrol dengan harga miring tanpa memperhatikan merk. Saya lihat merk-nya belum terkenal, saya pun baru kali ini mendengar merk itu. Saya beli dengan harga 60rb dengan kapasitas 8GB class 10, lumayan murah pikirku. Awalnya memori bekerja dengan normal pada kamera. Namun baru beberapa hari pemakaian mulai tersendat-sendat dan mengganggu kinerja kamera, apalagi untuk merekam video, putus-putus terus. Saya coba memasang kartu memori tersebut di HP saya dan berjalan lancar, saya coba hubungkan ke PC lancar, oke lah, saya pikir hanya di kamera saja yang bermasalah.
   Beberapa hari kemudian, tepatnya di hari liburku, ada perasaan ingin hunting foto, akhirnya mau tidak mau saya membeli memori lagi. Kali ini saya beli yang bermerk dan agak mahal tentunya yaitu 115rb dengan kapasitas 16GB class 10, daripada baru dipakai beberapa hari atau beberapa minggu sudah rusak lebih baik membeli yang lebih terpercaya kualitasnya.
   Karena tanggal tua, terbesit untuk menjual memori yang tidak terpakai yaitu yang kapasitas 8GB tadi. Karena di HP saya dan di laptop masih terbaca normal akhirnya saya jual melaui iklan jual beli online. Sehari setelah pasang iklan akhirnya ada yang minat dengan memori tersebut. Setelah cocok tawar menawar, akhirnya kami COD. Setelah bertemu saya suruh orang itu untuk memcoba dulu. Tak pernah terfikirkan oleh saya, pas di coba di HPnya ternyata kartu memori tidak terbaca/error. Sungguh saya merasa tidak enak dengannya, akhirnya saya coba kembali memori itu ke HP saya, berjalan normal tanpa kendala. Tapi karena di HPnya tidak bisa dan di coba di HP temannya juga tidak terbaca, akhirnya saya tarik kembali memori itu dan tidak jadi untuk menjualnya. Dengan perasaan yang tidak enak, saya pun pamit pulang. Di tengah perjalanan pulang saya bertemu dengan teman saya, akhirnya saya menawarkan memori tadi ke teman saya, jikalau memori tersebut bisa terbaca di HPnya akan saya kasihkan cuma-cuma ke teman saya. Namun ternyata di HP teman saya juga tidak terbaca. Akhirnya saya bawa pulang memori itu. Sampai saya menulis cerita ini, memori tersebut bisa terbaca normal di laptop saya. Jadi kesimpulannya kartu memori tersebut kualitasnya jelek.

Pesan saya, belilah kartu memori dengan merk ternama yang original, yang sudah teruji kualitasnya. Lebih baik membeli dengan harga yang agak mahal tetapi jangka waktu pemakaian bisa panjang daripada membeli yang asal-asalan dan akhirnya baru sebentar beli lagi sebentar beli lagi, malah jadi boros.
Mungkin cukup sekian dari saya, bila ada salah kata saya mohon maaf :)

Senin, 21 Mei 2018

Pengalaman Pertama Naik Gunung Sendirian

  Halo teman-teman, apa kabar hari ini? semoga sehat ya...
Kali ini saya akan menceritakan pengalaman pertama kali naik gunung sendirian. Sebenarnya saya tidak ada niatan untuk naik gunung sendian. Jadi awal mulanya begini, 2 minggu sebelum naik saya janjian dengan teman (kenalan di Instagram), dan kami memutuskan untuk mendaki gunung tanggal 9 April 2018, yaitu mendaki Gunung Merapi. Kami janjian berangkat dari rumah masing-masing pukul 17:00 WIB karena tanggal 9 April jatuh pada hari senin dan saya harus kerja dulu siangnya. Saya janjian dengan Dea dari Purworejo, dan dia mengajak teman-temannya juga, ada yang satu kota dengannya, ada yang dari Kebumen, dan satu lagi dari Jakarta.
   Waktu yang di nanti-nanti telah tiba, semua peralatan dan barang-barang sudah aku siapkan sejak minggu malam dan paginya saya bawa ke tempat kerja supaya saat jam kerja selesai saya bisa langsung menuju ke basecamp. Saat hendak berangkat tiba-tiba langit gelap, gerimis, suara guntur juga terdengar, membuat semangatku menurun saja, tapi tetap saya bertekad untuk berangkat. Sekitar pukul 17:00 WIB saya berangkat, karena kami janjian ketemuan di basecamp, jadi saya langsung menuju basecamp sedangkan mereka berkumpul dulu di Magelang. Baru 15 menit mengendarai sepeda motor, hujan datang dengan derasnya disertai angin kencang, saya berteduh sebentar sambil memakai jas hujan, semangatku pun semakin menurun, tetapi tetap melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah setelah setengah jam perjalanan hujan reda, saya melepas jas hujan dan membuka google maps karena saya tidak hafal jalan menuju basecamp. Sekitar pukul 18:45 WIB saya sampai di basecamp dan langsung mengabari teman saya kalau saya sudah sampai basecamp Barameru (Jalur Selo), tetapi ternyata teman saya baru sampai Magelang. Saya pun makan dulu di samping basecamp sambil menunggu mereka datang. Selesai makan saya kembali ke basecamp, di dalam ada 2 orang pendaki yang berasal dari Kendal, dan kami berkenalan. Mereka bernama Fajar dan Bagas, dan mereka berniat akan bergabung dengan teman-teman saya. Setelah kami mengobrol sebentar, mereka mengajak saya untuk sholat sambil menunggu teman saya, dan saya menyanggupinya. Setelah sholat di Masjid, kami kembali ke basecamp namun teman-teman saya belum juga datang. Karena teman saya belum datang-datang juga, akhirnya mereka (Fajar dan Bagas) pamit untuk naik duluan sekitar pukul 20:30 WIB. Saya coba hubungi teman saya, ternyata mereka nyasar jauh, karena mereka juga tidak ada yang hafal jalan. Saya tetap setia menunggu mereka, hingga pukul 22:00 WIB teman saya memberitahukanku kalau mereka sudah sampai di dekat basecamp (di rumah warga), kira-kira 2 KM dari basecamp. Saya di suruh ke sana tapi saya tidak mau karena motor sudah terparkir di dalam, dan saya memilih menunggu di BC. Setengah jam berlalu saya coba tanya teman saya akan ke BC jam berapa, tapi katanya tidak tahu, karena dia ngikut teman yang lain. Oke deh saya masih setia meunggu, dan setelah saya buka WA, ternyata teman saya sudah update status di WA yang intinya "Mau di lanjut kok sudah kemaleman". Dan akhirnya saya menanyakan mau lanjut atau mau naik besok pagi. Tapi lagi-lagi jawabannya kurang jelas, saya coba lihat jam ternyata sudah pukul 23:00 WIB, waduh sudah malam ternyata. Saya coba keluar melihat keadaan luar, ternyata sudah tidak ada pendaki yang di luar melainkan sudah naik semua. Dan yang lebih parah, tempat pendaftaran sudah tutup! Saya mulai panik, saya berniat untuk naik sendirian dan mencoba mengetuk pintu ruang pendaftaran. Beberapa kali saya mengetuk namun tidak ada tanda-tanda dibukakan pintu. Saya coba ketuk beberapa kali lagi, dan akhirnya pintu di buka oleh seseorang penjaganya yang terlihat sudah ngantuk sekali. Saya meminta maaf karena telah mengganggu tidurnya dan mencoba jelaskan apa tujuan saya, dan akhirnya saya di ijinkan naik sendirian. Sebelum meninggalkan ruang pendaftaran saya di suruh menutup pintu BC karena sudah tidak ada orang dan mewanti-wanti saya untuk memberitahukan kepada teman saya bahwa kalau ingin naik besok pagi saja karena setelah ini tidak akan membukakan pintu lagi jika masih ada yang datang dikeranakan sudah mengantuk sekali. Saya pun meningggalkan ruang pendaftaran sambil mengucap maaf lagi karena telah mengganggu tidurnya. Sebelum naik, saya memberitahukan ke teman saya kalau BC sudah tutup dan naik pagi saja karena ruang pendaftaran sudah tutu dan tidak menerima pendaftaran lagi malam itu. Teman saya mencoba melarang saya untuk naik sendiri dan menyuruh saya ke tempat mereka, namun saya tetap bersikukuh naik malam ini karena siang saya harus sudah turun (hanya cuti 1 hari) dan kalaupun saya pulang juga sudah nanggung, sudah sampai BC dan sudah menyewa alat-alat mendaki seperti tenda, carrier, matras, dll. Saya matikan sinyal hp untuk mengirit baterai dan memulai naik. Dari BC jalan masih beraspal namun sudah menanjak. Saya mengeluarkan senter dan menyalakannya, busettt kenapa senternya jadi redup, bahkan untuk menyoroti petunjuk arah pun tetap tidak terlihat jelas. Namun karena sudah bertekad untuk naik, saya lanjutkan perjalanan. Sambil berjalan saya melihat bintang-bintang di langit, sungguh indah, lumayan cerah malam itu, yang membuat saya semakin bersemangat. Tak lama berjalan, saya sampai di New Selo. Sepi, sudah tidak ada orang satupun di sana. Saya sempatkan foto-foto di sana, maksudnya memotret pemandangan.

New Selo Malam Hari
Setelah mendapatkan beberapa foto, saya kembali melanjutkan perjalanan. Sekitaran New Selo ke atas masih berupa kebun yang di tanami sayur-sayuran oleh warga. Saya juga menjumpai sepeda motor di pinggir jalan setapak (cor) yang sedang di tinggal pergi pemiliknya. Saya melanjutkan perjalanan hingga akhirnya mulai memasuki hutan. Suasana menjadi agak mencekam, tak ada suara pendaki lain, yang ada hanyalah suara binatang seperti jangkrik, dll.  Saya terus berjalan sambil sesekali berhenti sejenak untuk melepas lelah. Kali ini entah kenapa bebanku terasa lebih berat, dan tubuhku terasa cepat lelah. Pikirku mungkin karena baru berjalan dan belum panas, jadi tubuh belum menyesuaikan dengan jalan yang menanjak, atau mungkin kurang bersemangat karena tidak ada teman untuk mengobrol. Langkah demi langkah ku jalani, hingga ku temui jalan yang sangat sempit, banyak tumbuh-tumbuhan yang membuat jalur jadi seperti terowongan, yang membuat bulu kuduk merinding, namun saya tetap terus berjalan. Di tambah lagi jika ingat waktu dulu naik gunung ini bersama teman-teman saya, saya semakin merinding. Bagaimana tidak, salah satu dari teman saya pernah melihat poc**g di Gunung ini, di jalur ini pula. Namun ku buang jauh-jauh pikiran itu dan ku coba memikirkan sesuatu yang lain. Hingga sampai di Pos 1 belum bertemu dengan satu orang pun. Saya beristirahat sebentar sambil meneguk air mineral, lalu ku lanjutkan berjalan. Telah lama ku berjalan, semakin ke atas semakin menanjak saja jalannya, sampai membuat saya harus berhenti berkali-kali untuk beristirahat.
Sekitar 4 jam saya berjalan sendirian, tiba-tiba terdengar suara orang sedang mengobrol, pikirku itu adalah pendaki yang saya lihat di basecamp tadi. Sekitar 15 menit berjalan suara orang mengobrol itu semakin dekat dan semakin mendekat hingga akhirnya saya melihat cahaya senter dari arah bawah. Saya sengaja berhenti untuk beristirahat sejenak sambil menunggu dan ingin tahu siapa mereka itu. Ternyata mereka adalah bule-bule yang ditemani oleh orang lokal. Mereka melewatiku sambil menyapa, mereka terus berjalan. Ku lihat mereka tidak membawa apa-apa, sebagian lagi ada yang hanya membawa ransel. Pikirku, enak ya mereka tidak bawa apa-apa, sedangkan saya harus bawa tenda dan peralatan lainnya yang membuat tubuh ini semakin lelah. Saya melanjutkan naik lagi, dan lagi-lagi di salip oleh bule-bule lagi. Saya berjalan selow, sedangkan mereka agak cepat. Saya pikir saya adalah pendaki terakhir yang naik malam ini, ternyata dugaanku salah. Tapi saya yakin saya adalah pendaki terakhir yang naik dengan ijin malam ini. Tak lama berjalan akhirnya sampai Pos 2, tempatnya cukup terbuka, tetapi angin berhembus lebih kencang.  Saya berhenti di Pos 2 dan saya kembali mengeluarkan kamera dan langsung memotret milkyway yang sudah ku tunggu-tunggu sedari tadi.
Milkyway di Pos 2 Gunung Merapi via Selo
Pos 2 Gunung Merapi via Selo
Saat sedang asyik memotret, tiba-tiba datang pendaki dari arah bawah mendekatiku sambil berkata "Dari mana mas?" lalu saya jawab dari Jogja, dia berkata lagi "ini Dani ya?" saya jawab iya mas. Lalu dia memperkenalkan diri, ternyata mereka ini adalah orang-orang yang saya tunggu-tunggu di basecamp, saya tak menyangka kami bertemu di sini. Karena saya belum puas memotret milkyway, saya persilahkan mereka untuk melanjutkan naik duluan dan nanti saya menyusul. Mereka sudah berjalan naik beberapa langkah, namun ada salah satu teman yang sudah kelelahan, akhirnya kami mendirikan tenda di Pos 2 ini. Setelah tenda berdiri, kami membuat kopi dan mengobrol. Saya kira mereka akan naik di pagi harinya, ternyata mereka naik sekitar pukul 00:00. Waktu hampir pagi kami pun segera tidur.
Sekitar pukul 08:20 kami bangun, namun ku rasakan sangat malas untuk bangun dan berniat untuk tidak ikut summit attack karena menurut saya sudah terlalu siang untuk melanjutkan ke puncak. Akhirnya mereka naik, dan saya memasak mie instan. Selesai makan sekitar 09:30 saya berjalan-jalan di sekitar Pos 2. Kulihat puncak sudah dekat, ternyata jalur ini hanya ada 2 pos, naik lagi sudah pasar bubrah dan atas pasar bubrah sudah puncak. Saya berniat untuk menyusul teman-teman saya. Setelah bersiap-siap, saya berjalan dan baru berjalan beberapa langkah salah satu teman sudah kembali turun. Saya tanya kenapa dia balik sendiri, dia menjawab "iya saya nggak ikut ke puncak, cuma sampai pasar bubrah karena sudah capek dan saya juga bawa carrier juga sedangkan teman yang lain tidak bawa apa-apa, medannya juga nanjak banget". Lalu ku urungkan niat untuk menyusul mereka, akhirnya saya kembali ke tenda bersamanya. Kami ngopi-ngopi dan ngobrol di tenda. Selesai ngobrol kami tidur lagi untuk mengurangi rasa ngantuk karena memang kami kurang tidur. Sedang asyik tidur, teman-teman sudah kembali, akhirnya saya bangun, kami pun masak-masak lagi. Hari sudah siang, selesai makan kami beres-beres dan melipat tenda. Selesai beres-beres kami melakukan perjalanan turun. Tidak terlalu lama seperti naik, kami turun hanya setengahnya dari waktu untuk naik, atau bahkan tidak ada setengahnya. Sesampai di basecamp saya antar teman-teman ke rumah warga yang ditumpanginya tadi malam karena motor mereka ada di sana. Saya yang sudah lelah langsung berpamitan untuk pulang duluan, sedangkan mereka masih mampir di rumah warga itu.

Baca juga: 
cara memotret milkyway atau bimasakti 
pengalaman memotret milkyway di gunung merbabu 
pengalaman pertama kali memotret milkyway 

Senin, 26 Maret 2018

Cara Memotret Milkyway atau Bimasakti | Belajar Fotografi

Halo teman-teman semua, di sini saya akan membagikan cara memotret/memfoto milkyway atau yang sering di sebut dengan bimasakti. Bagaimana perasaan kalian saat pertama kali melihat foto milkyway di sosmed? Takjubkah? atau mengira itu adalah foto editan? Jujur kalau saya dulu pertama kali melihat foto milkyway saya langsung mengira kalau itu adalah foto editan. Tapi sekarang setelah kenal yang namanya milkyway baru percaya kalau itu adalah foto asli.
Langsung saja di bawah ini adalah tips-tips memotret milkyway.

   Sebelum kalian memotret milkyway, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
  • Cari tempat yang bebas polusi cahaya, misal di pegunungan, pantai, dll.
  • Cari waktu yang tepat, yaitu saat langit cerah dan banyak bintang yang terlihat, dan ketiadaan sinar bulan, karena sinar bulan akan membuat milkyway susah untuk terlihat. Dan jangan memotret milkyway saat mendung atau langit sedang berawan karena milkyway tidak akan terlihat.
  Alat yang dibutuhkan untuk memotret milky way:
  • Kamera, sudah jelas kamera harus ada.
  • Tripod, untuk menyangga kamera agar tidak goyang-goyang.
  • Cable release shutter (jika ada), untuk menghindari goncangan saat kita menekan tombol shutter, karena goncangan sedikit saja bisa mengakibatkan foto jadi blur/tidak fokus. Bisa juga dengan timer mode jika tidak ada Cable release shutter.
  • HP yang sudah terinstall Stellarium, untuk mengetahui dimana letak milkyway berada, walau kita tahu milky way akan terlihat di arah selatan, tetapi posisi milky way selalu berubah-ubah.
Setting Kamera Untuk Memotret Milky Way:
  1. Gunakan bukaan/diafragma paling besar (angka terkecil) di kamera kalian, misal: f/3.5 untuk lensa kit/lensa bawaan. 
  2. Gunakan ISO tinggi, misal 1600 atau bisa dengan ISO lebih tinggi misal 3200 supaya lebih terang hasilnya. Bisa saja kita menggunakan ISO rendah, namun milkyway akan terlihat redup atau gelap.
  3. Gunakan shutter speed rendah, misal 30 detik. jangan melebihi 30 detik karena bintang akan menjadi garis/seperti memotret star trail.
  4. Gunakan manual focus dan set focus infinity/tak hingga, atau masih dalam posisi manual fokus, bisa dengan memutar ring fokus ke kanan sampai mentok (untuk Nikon), untuk Canon kebalikannya. Atau jika memungkinkan gunakan viewvinder untuk melihat apakah sudah fokus atau belum yaitu dengan mengarahkan langsung ke milkyway. Karena untuk memotret di tempat gelap/minim cahaya autofokus tidak akan bekerja dengan maksimal, biasanya shutter tidak akan menjepret walau kita tekan berkali-kali. Atau kalau masih bingung cara setting ke infinity focus, bisa saja dengan autofocus, caranya arahkan kamera ke obyek yang jauh, karena kita ingin memotret milkyway kalian bisa arahkan ke milkyway langsung, lalu tekan setengah dan tahan pada tombol shutter sampai lensa berhenti bergerak, lepas tombol shutter, dan ubah tombol dari autofocus ke manual focus (lensa jangan di putar-putar lagi), biasanya dengan langkah tadi sudah fokus ke tak hingga/fokus ke milkyway. Jika ternyata masih blur, coba seting ke autofokus lagi, tekan shutter setengah dan tahan lagi sampai lensa berhenti bergerak, lalu pindahkan ke manual fokus lagi. Saya pribadi memakai cara yang terakhir untuk mengatur fokusnya.
  5. Silahkan mencoba...



BACA JUGA:


Sabtu, 24 Maret 2018

Pasang Undertail di NVL

Halo teman-teman semua, apakah kalian pengguna New Vixion Lightning dan ingin memasang undertail/selancar di motor kesayangan kalian?
Ada yang perlu kalian perhatikan saat melepas spakbor belakang dan menggantinya dengan undertail.
Yang pertama, mungkin kalian akan kena tilang saat ada razia karena tidak ada spakbor belakang (plat nomor tidak terpasang pada tempat semestinya). Yang kedua, mungkin kalian tidak akan tenang saat berhenti di lampu merah yang ada polisinya, karena bisa saja polisi akan menilang kalian, tapi tergantung orangnya juga sih, tapi itu yang saya rasakan. Yang ke tiga, saat musim hujan, jok dan baju/jaket akan kotor terkena cipratan air karena tidak ada spakbor. Yang ke empat, saat ingin cek fisik di samsat lebih baik pasang kembali spakbor kalian, buat jaga-jaga daripada kejadian seperti yang saya alami. Jadi beberapa bulan yang lalu saya ke samsat, eh ke polres ding, ya saya cek fisiknya di polres bukan di samsat. Saat hendak di cek fisik/esek-esek nomor rangka dan nomor mesin, saya ditolak dengan alasan plat nomor tidak dipasang pada spakbor dan harus pasang dulu jika mau dilayani. Terpaksa saya pulang, pasang spakbor berjam-jam dan akhirnya saya datang kembali ke polres besoknya. Dan yang ke lima, NVL kalian akan terlihat lebih keren, heheee.
  Untuk membeli undertail kalian bisa datang ke bengkel variasi yang sedia undertail untuk NVL. Undertail sendiri di produksi dengan berbagai macam bentuk dan warna, kalian tinggal pilih saja yang kalian suka. Saya sarankan untuk pemasangan pertama kali kalian gunakan saja jasa pemasangan dari sana, karena pemasangan agak ribet, ribetnya ya kabel-kabelnya, kalau salah masang jadi masalah nantinya, bisa saja motor tidak mau nyala karena salah memasang sensor yang ada di bawah jok. Kalau undertail sudah terpasang, kalian tinggal ingat-ingat saja posisi kabel-kabelnya, nanti kalau mau bongkar pasang sendiri sudah tidak bingung posisinya. Oiya, harga undertail bervariasi, kalau punya saya itu sekitar 200rb sekalian pemasangan (sekitar tahun 2014 akhir kalau tidak awal 2015, lupa tepatnya) tapi mungkin sekarang lebih mahal. Tapi punya saya bahan fiber, kalau ingin yang lebih awet dan lebih bagus, cari saja yang berbahan plastik.
Di bawah ini adalah tampilan NVL yang dipasangi undertail/tanpa spakbor.

Undertail NVL Terlihat Dari Samping

Undertail NVL Terlihat Dari Belakang Agak Menyamping

Undertail NVL Terlihat Dari Belakang Agak Menyamping
Mungkin itu dulu dari saya, jika ada yang perlu ditanyakan silahkan ditanyakan lewat komentar, terimakasih dan semoga bermanfaat...

Jumat, 23 Maret 2018

Pengalaman Memotret Milkyway Di Gunung Merbabu

Selamat malam guys, kali ini saya akan menceritakan pengalaman kedua saya memotret milkyway atau sering disebut juga bimasakti setelah beberapa minggu yang lalu saya menceritakan Pengalaman Pertama Kali Memotret Milkyway. Kali ini saya memotret milkyway di Gunung Merbabu.

   Untuk cara memotret milky way, silahkan baca  Cara Memotret Milkyway.

  Singkat cerita, tanggal 17 Maret 2018 kemarin saya naik ke Gunung Merbabu bersama 2 teman saya sekaligus tetangga saya, sebut saja Endo dan Om Jay. Kami berangkat pagi, sampai basecamp Suwanting sekitar jam 11 siang. Setelah beristirahat sebentar tiba-tiba hujan datang, semangatku pun agak memudar, pikirku "yah, nggak bisa foto milkyway nih ntar malem". Tapi ya mau gimana lagi tujuan awal bukan untuk memotret milkyway tapi memang untuk mendaki. Selang 1 jam hujan mulai reda (sekitar pukul 12:30 wib) dan kami mulai mendaki. Setelah berjalan nanjak sekitar 2 jam hujan mulai turun lagi, kami bergegas memakai jas hujan lalu melanjutkan pendakian. Sampai malam tiba hujan masih menemani kami, sampai pada akhirnya kami melewati jalur yang ada tali-tali (tali untuk bantuan untuk naik). Mulai dari situ jalur sangat licin yang membuat kami sering terpeleset. Tak sedikit pula pendaki lalin yang jatuh bangun. Sekitar 1 jam kami melewati jalur yang sangat licin itu, kami bertemu beberapa pendaki yang berjalan turun. Kami bertanya pada beberapa diantaranya, untuk sampai pos 3 harus berjalan berapa jam  lagi, ada yang menjawab 5 jam, ada lagi yang menjawab 7 jam karena jalur susah dilewati (tanah licin dan mudah hancur saat dipijak) dan semakin naik ke atas semakin susah dilewati. Edyan pikirku, seingat saya nggak jauh-jauh amat dari tali-tali sampai pos 3, paling 2 jam sampai, tapi setelah saya pikir-pikir lagi memang ada benarnya juga mengingat jalur sat ini sangat-sangat licin dengan yang dulu tidak terlalu licin, bisa juga kali ini memakan waktu lebih lama. Spontan saya tidak ada niat untuk melanjutkan pendakian. Tak sedikit pula pendaki lain yang langsung turun setelah mendengar percakapan tadi, ada juga yang turun sambil mencari tempat agak luas untuk mendirikan tenda. Kami pun berunding dan akhirnya kami putar balik arah turun. Hujan mulai reda, saya lihat waktu sudah pukul 22:00 saat itu, tetapi kami sepakat untuk langsung menuju basecamp dan beristirahat disana. Berjam-jam kami berjalan turun, tetapi tak kunjung sampai bawah juga. Hingga pukul 03:00 dini hari, langit yang tadinya mendung perlahan-lahan berubah menjadi indah gemerlap bintang, hati saya pun mulai senang. Di sela-sela perjalanan turun, saya menyempatkan untuk memotret Gunung Merapi yang terlihat di sebrang sana. Saat itu saya belum sadar jika milkyway terlihat jelas, yang saya lihat hanya awan dan bintang. Dan pada akhirnya saya membuka aplikasi Stellarium di Smartphone saya, setelah saya tahu lokasi milkyway dan hati saya berkata "ohhhh jadi ini milkyway bukan awan yaaaaa?". Saya kira itu adalah awan tipis, tapi setelah saya lihat-lihat lagi ternyata bentuknya memang seperti milkyway yang sering saya lihat di foto-foto. Memang sih, milkyway kalau dilihat dengan mata kita, hanya seperti kabut/awan tipis, tapi setelah di foto efeknya nyala juga. Saya mulai memotret milkyway itu, sempat bingung juga karena saat itu kami berada pada tempat yang kurang terbuka. Sementara saya memotret, teman-teman saya pada isttirahat, ada juga yang sempat tertidur karena terlalu mengantuk. Belum puas saya foto-foto, teman saya mengajak untuk melanjutkan turun. Oke lah pikirku, bisa sambil mencari tempat yang lebih terbuka. Semakin turun malah susah untuk mendapatkan tempat terbuka, sedangkan saat itu sudah hampir subuh. Selang beberapa menit akhirnya saya menemukan tempat yang agak terbuka dan saya menyilahkan teman-teman saya untuk jalan duluan (karena salah satu dari mereka jalannya lambat, jadi nanti saya masih bisa menyusul mereka dengan mudah). Ku keluarkan lagi kamera dan tripod dari tas, dan saya mulai memotret lagi. Dan inilah hasil jereptannya.
Milky Way f/3.5, ISO 3200, 30 detik
Milky Way Di Gunung Merbabu view Gunung Merapi  f/3.5, ISO 3200, 30 detik
Setelah puas memotret, saya bergegas menyusul teman-teman. Kami sampai basecamp sudah pagi sekitar pukul 07:00, kami mandi terus sarapan, dan lanjut tidur sebentar di basecamp.
   Mungkin itu dulu cerita dari saya, sampai jumpa kembali di lain waktu :)



Baca juga: Cara memotret milkyway atau bimasakti

Senin, 12 Maret 2018

HP Sering Restart Sendiri

Halo teman-teman, gimana sehat kan? hehee syukur deh kalau kalian sehat semua...
Kali ini saya akan berbagi pengalaman tentang HP saya yang tiba-tiba restart sendiri. Tau kan rasanya HP tiba-tiba restart terus-terusan, bikin sebel guys, hehe.
Jadi gini, kemarin waktu saya mau mengcopy file dari flashdisk lewat kabel OTG tiba-tiba HP mati sendiri dan restart terus menerus. Pas sudah masuk home screen sebentar restart lagi. Sempat bingung juga, kenapa HP saya restart sendiri. Saya kira HP error gara-gara HP saya dicolokin pakai kabel OTG. Masih dalam kondisi bingung, saya coba charge/cas hp saya, eh ternyata sudah tidak restart lagi. Masih belum yakin, saya coba cabut dari charger, dan HP tiba-tiba restart lagi. Oiya pas sudah sampai home screen layar kedip-kedip juga, yang akhirnya restart lagi dan lagi. Akhirnya saya simpulkan bahwa yang bermasalah adalah baterainya karena waktu di charger HP normal. Lalu saya coba lihat baterainya dan benar saja, baterai sudah melembung/tidak rata. Dan akhirnya saya keluar mencari baterai di counter. Saya dapatkan baterai untuk Xiaomi Redmi 2 Prime dengan harga Rp.95.000,-. Memang sih baterainya bisa dibilang sudah berumur karena sudah sekitar 2 tahun, wajar kalau baterai sudah minta ganti. Sebenarnya kasus seperti ini sudah saya alami waktu saya masih memakai Blackberry, restart berulang kali dan saya ganti baterai akhirnya normal lagi.
 Oiya, HP sering restart sendiri belum tentu minta ganti baterai, bisa saja ada hardware yang rusak atau yang lainnya. Mungkin itu saja dari saya, semoga bermanfaat....

Sabtu, 03 Maret 2018

Pengalaman Pertama Kali Memotret Milky Way

  Halo teman-teman, kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya waktu pertama kalinya memotret milky way.
  Singkat cerita, sekitar pertengahan Desember 2017 teman saya (sebut saja Endo) sudah ngebet banget pengen main ke Dieng karena sebelumnya sudah mengagendakan ke Dieng tapi selalu di cancel dan di cancel. Saya bilang ke dia kalau besok malam minggu cerah kita berangkat (saat musim hujan). Beberapa hari berlalu dan tiba hari sabtu tanggal 23 Desember 2017, dari pagi hingga sore cuaca cerah. Beberapa hari sebelumnya bisa dibilang cuaca sangat buruk. Bagaimana tidak buruk, setiap hari hujan tiada henti, sampai-sampai di beberapa daerah banjir, termasuk di Yogyakarta terutama di Kabupaten Gunung kidul. kala itu di awal desember sampai pertengahan bulan desember cuaca buruk siklon tropis dahlia dan siklon tropis cempaka sedang melanda. Beruntungnya si Endo, hari sabtu itu cuaca cerah, kami pun janjian berangkat malam setelah isya. Tak lupa saya kontek si boy untuk ikut pergi ke Dieng dan dia bersedia ikut. Malam pun tiba, kami berangkat ber empat yaitu Saya, Boy, Endo dan Kakaknya Endo (sebut saja Anton). Kami berangkat dari Bantul (Yogyakarta) sekitar pukul 19:30 berboncengan. Di tengah perjalanan, saya mengajak berhenti dan berunding karena tujuan belum pasti antara Puncak Sikunir atau Gunung Prau. Setelah berdiskusi, kami pun sepakat untuk naik Gunung Prau saja karena mengingat puncak sikunir terlalu sempit dan terlalu ramai pengunjung, ya walaupun gunung prau juga ramai tapi setidaknya puncaknya sangat luas, dan kami lanjutkan perjalanan. Setelah sampai Purworejo kami berhenti di Supermarket membeli makanan dan minuman untuk bekal naik Gunung Prau. Setelah selesai belanja, kami lanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan saya sangat bersemangat, mungkin juga saya yang paling semangat diantara teman-teman saya. Bagaimana tidak, di sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan bintang-bintang yang berkelip-kelip, seakan Tuhan tahu kalau saya sangat ingin memotret bintang. dalam perjalanan saya sering melirik ke atas untuk melihat bintang-bintang. Sekitar 3-4 jam perjalanan kami sampai juga di  basecamp Gung Prau via Patak Banteng. Kami beristirahat sebentar di basecamp, lalu mulai naik Gunung Prau sekitar jam 1 malam. Eits, sebelum naik kami registrasi dulu di tempat pendaftaran. Tak lupa kami berdoa supaya selamat tanpa halangan apapun, dan kami mulai naik menyusuri jalur yang menanjak. Sebenarnya ini pertama kalinya si Endo dan kakaknya naik Gunung, tapi saya yakin mereka kuat sampai puncak. Beberapa menit perjalanan kami berhenti sejenak untuk istirahat (maklum naik gunung itu perjalanan yang berat karena harus berjalanan melewati jalanan yang menanjak). Saya melihat ke arah atas untuk melihat bintang-bintang dan mencoba mencari di manakah milkyway berada, di sekitar arah selatan saya melihat sekumpulan bintang-bintang yang sangat banyak di banding arah lainnya. Bukan hanya bintang, tapi saya juga melihat seperti kabut diantara bintang-bintang itu. Lalu saya bertanya sama si boy, "ehh itu milkyway ya?" dan dia jawab "kayaknya iya dehh". Kami melanjutjan perjalanan lagi, saat naik baru setengah jam semangat saya yang tadinya berkobar-kobar sempat down, kenapa? karena saya lihat dari arah selatan ada sekumpulan awan yang banyak dan luas yang berjalan dan sedikit demi sedikit menutupi bintang-bintang itu, tapi tetap saya lajnutkan naiknya, hehehe.
   Sekitar 2-3 jam kami berjalan, akhirnya sampai puncak juga. Cukup dingin di puncak karena jam menunjukkan sekitar pukul 03:30 (sedang dingin-dinginnya cuaca di gunung). Kami tidak membawa tenda dan perbekalan yang mumpuni, karena memang niat dari rumah hanya ke Dieng. Kami hanya duduk-duduk menahan dingin dan kantuk sambil makan cemilan untuk menyambut pagi hari. Sementara yang lain makan cemilan, saya keluarkan kamera saya nikon D3100 beserta lensa kit nikkor 18-55mm (lensa bawaan) dan juga tripod. Jujur saya bisa dibilang sangat pemula dalam fotografi, dan baru beberapa bulan punya kamera DSLR ini, ya, ini termasuk kamera kelas pemula juga, hehee. Sebelum punya kamera ini, saya belum bisa mengoperasikan DSLR sama sekali. Tapi sekarang ini sedikit-sedikit bisa, sambil belajar juga. Setelah menyeting kamera, kamera saya pasang di tripod dan mulai memotret. Untuk cara memotret milkyway, silahkan baca Cara Memotret Milkyway atau Bimasakti.
  Dan inilah hasil foto pertama kalinya saya memotret milkyway/bimasakti yang saya ambil di Gunung Prau.
Milky Way di Gunung Prau f/3.5, ISO 3200, 30detik
Gunung Prau f/3.5, ISO 3200, 30detik

 Itulah foto pertama kali saya memotret milkyway. 
Oh iya, setelah saya lihat-lihat lagi, ternyata milkyway yang saya foto hanya sebagian kecil dari milkyway, karena memang dengan lensa  bawaan ini (nikkor 18-55mm) angle foto yang dihasilkan kurang lebar. Berbeda jika kita menggunakan lensa wideangle, kita akan mendapatkan foto yang lebih lebar/luas, tentu milkyway yang terfoto akan lebih panjang. Sengaja saya foto gaya portrait supaya pemandangan alamnya ikut terfoto.
  Satu lagi, foto tersebut terlalu banyak polusi cahaya (dari lampu-lampu kota dan lampu para pendaki). Tapi untungnya milkyway masih terlihat jelas walau banyak polusi cahaya, dengan mata telanjang pun sudah terlihat jelas. Mungkin karena tidak berkabut/atmosfer lumayan bersih.
  Cukup segitu dulu dari saya, nanti lain waktu dilanjut di artikel berikutnya....


BACA JUGA:
Pengalaman Memotret Milkyway di Gunung Merbabu

Cara memotret milkyway atau bimasakti

Jumat, 16 Februari 2018

Cara Membuka Daftar Orang-Orang Yang Telah Kita Blokir Di Facebook

Saya yakin banyak orang yang sudah tahu cara ini, tapi ini saya tujukan untuk pengguna facebook yang belum tahu cara membuka blokir di FB.
  Anda pernah memblokir teman di facebook atau memblokir seseorang di facebook?
Jika Anda bertanya-tanya, lalu di mana daftar orang-orang yang telah kita blokir?
Untuk cara membuka daftar orang-orang yang pernah kita blokir silahkan ikuti langkah ini:
  1. Silahkan login dulu ke facebook, jika sudah login, 
  2. Buka Pengaturan, pilih Pemblokiran. Jika Anda menggunakan aplikasi facebook, buka Pengaturan & Privasi lalu pilih Pengaturan akun, setelah itu klik "Pemblokiran". Di sini akan muncul daftar orang-orang yang telah Anda blokir. Pilih saja nama orang yang ingin Anda keluarkan dari daftar blokir.
  3. Klik "Batalkan Blokir" yang ada di samping nama tersebut, lalu pilih Konfirmasi atau Buka Blokir. 
   Harus diingat jika sebelumnya kita memblokir teman di facebook dan membuka blokir tersebut, maka Anda sudah tidak berteman. Jika Anda ingin berteman lagi, maka Anda harus mengirimkan permintaan pertemanan lagi.
   Setelah Anda membuka blokiran pada seseorang, Anda harus menunggu 48jam untuk bisa kembali memblokir orang tersebut.
   Anda juga dapat memblokir seseorang lewat kotak pencarian blokir yang ada di atas daftar-daftar orang yang diblokir, ketikkan saja namanya, lalu klik blokir.

Sekian dari saya, jika ada yang kurang jelas silahkan ajukan pertanyaan di kolom komentar...