Halo teman-teman, kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya waktu pertama kalinya memotret milky way.
Singkat cerita, sekitar pertengahan Desember 2017 teman saya (sebut saja Endo) sudah ngebet banget pengen main ke Dieng karena sebelumnya sudah mengagendakan ke Dieng tapi selalu di cancel dan di cancel. Saya bilang ke dia kalau besok malam minggu cerah kita berangkat (saat musim hujan). Beberapa hari berlalu dan tiba hari sabtu tanggal 23 Desember 2017, dari pagi hingga sore cuaca cerah. Beberapa hari sebelumnya bisa dibilang cuaca sangat buruk. Bagaimana tidak buruk, setiap hari hujan tiada henti, sampai-sampai di beberapa daerah banjir, termasuk di Yogyakarta terutama di Kabupaten Gunung kidul. kala itu di awal desember sampai pertengahan bulan desember cuaca buruk siklon tropis dahlia dan siklon tropis cempaka sedang melanda. Beruntungnya si Endo, hari sabtu itu cuaca cerah, kami pun janjian berangkat malam setelah isya. Tak lupa saya kontek si boy untuk ikut pergi ke Dieng dan dia bersedia ikut. Malam pun tiba, kami berangkat ber empat yaitu Saya, Boy, Endo dan Kakaknya Endo (sebut saja Anton). Kami berangkat dari Bantul (Yogyakarta) sekitar pukul 19:30 berboncengan. Di tengah perjalanan, saya mengajak berhenti dan berunding karena tujuan belum pasti antara Puncak Sikunir atau Gunung Prau. Setelah berdiskusi, kami pun sepakat untuk naik Gunung Prau saja karena mengingat puncak sikunir terlalu sempit dan terlalu ramai pengunjung, ya walaupun gunung prau juga ramai tapi setidaknya puncaknya sangat luas, dan kami lanjutkan perjalanan. Setelah sampai Purworejo kami berhenti di Supermarket membeli makanan dan minuman untuk bekal naik Gunung Prau. Setelah selesai belanja, kami lanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan saya sangat bersemangat, mungkin juga saya yang paling semangat diantara teman-teman saya. Bagaimana tidak, di sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan bintang-bintang yang berkelip-kelip, seakan Tuhan tahu kalau saya sangat ingin memotret bintang. dalam perjalanan saya sering melirik ke atas untuk melihat bintang-bintang. Sekitar 3-4 jam perjalanan kami sampai juga di basecamp Gung Prau via Patak Banteng. Kami beristirahat sebentar di basecamp, lalu mulai naik Gunung Prau sekitar jam 1 malam. Eits, sebelum naik kami registrasi dulu di tempat pendaftaran. Tak lupa kami berdoa supaya selamat tanpa halangan apapun, dan kami mulai naik menyusuri jalur yang menanjak. Sebenarnya ini pertama kalinya si Endo dan kakaknya naik Gunung, tapi saya yakin mereka kuat sampai puncak. Beberapa menit perjalanan kami berhenti sejenak untuk istirahat (maklum naik gunung itu perjalanan yang berat karena harus berjalanan melewati jalanan yang menanjak). Saya melihat ke arah atas untuk melihat bintang-bintang dan mencoba mencari di manakah milkyway berada, di sekitar arah selatan saya melihat sekumpulan bintang-bintang yang sangat banyak di banding arah lainnya. Bukan hanya bintang, tapi saya juga melihat seperti kabut diantara bintang-bintang itu. Lalu saya bertanya sama si boy, "ehh itu milkyway ya?" dan dia jawab "kayaknya iya dehh". Kami melanjutjan perjalanan lagi, saat naik baru setengah jam semangat saya yang tadinya berkobar-kobar sempat down, kenapa? karena saya lihat dari arah selatan ada sekumpulan awan yang banyak dan luas yang berjalan dan sedikit demi sedikit menutupi bintang-bintang itu, tapi tetap saya lajnutkan naiknya, hehehe.
Sekitar 2-3 jam kami berjalan, akhirnya sampai puncak juga. Cukup dingin di puncak karena jam menunjukkan sekitar pukul 03:30 (sedang dingin-dinginnya cuaca di gunung). Kami tidak membawa tenda dan perbekalan yang mumpuni, karena memang niat dari rumah hanya ke Dieng. Kami hanya duduk-duduk menahan dingin dan kantuk sambil makan cemilan untuk menyambut pagi hari. Sementara yang lain makan cemilan, saya keluarkan kamera saya nikon D3100 beserta lensa kit nikkor 18-55mm (lensa bawaan) dan juga tripod. Jujur saya bisa dibilang sangat pemula dalam fotografi, dan baru beberapa bulan punya kamera DSLR ini, ya, ini termasuk kamera kelas pemula juga, hehee. Sebelum punya kamera ini, saya belum bisa mengoperasikan DSLR sama sekali. Tapi sekarang ini sedikit-sedikit bisa, sambil belajar juga. Setelah menyeting kamera, kamera saya pasang di tripod dan mulai memotret. Untuk cara memotret milkyway, silahkan baca Cara Memotret Milkyway atau Bimasakti.
Dan inilah hasil foto pertama kalinya saya memotret milkyway/bimasakti yang saya ambil di Gunung Prau.
Milky Way di Gunung Prau f/3.5, ISO 3200, 30detik |
Itulah foto pertama kali saya memotret milkyway.
Oh iya, setelah saya lihat-lihat lagi, ternyata milkyway yang saya foto hanya sebagian kecil dari milkyway, karena memang dengan lensa bawaan ini (nikkor 18-55mm) angle foto yang dihasilkan kurang lebar. Berbeda jika kita menggunakan lensa wideangle, kita akan mendapatkan foto yang lebih lebar/luas, tentu milkyway yang terfoto akan lebih panjang. Sengaja saya foto gaya portrait supaya pemandangan alamnya ikut terfoto.
Satu lagi, foto tersebut terlalu banyak polusi cahaya (dari lampu-lampu kota dan lampu para pendaki). Tapi untungnya milkyway masih terlihat jelas walau banyak polusi cahaya, dengan mata telanjang pun sudah terlihat jelas. Mungkin karena tidak berkabut/atmosfer lumayan bersih.
Cukup segitu dulu dari saya, nanti lain waktu dilanjut di artikel berikutnya....
BACA JUGA:
Pengalaman Memotret Milkyway di Gunung Merbabu
Cara memotret milkyway atau bimasakti
Satu lagi, foto tersebut terlalu banyak polusi cahaya (dari lampu-lampu kota dan lampu para pendaki). Tapi untungnya milkyway masih terlihat jelas walau banyak polusi cahaya, dengan mata telanjang pun sudah terlihat jelas. Mungkin karena tidak berkabut/atmosfer lumayan bersih.
Cukup segitu dulu dari saya, nanti lain waktu dilanjut di artikel berikutnya....
BACA JUGA:
Pengalaman Memotret Milkyway di Gunung Merbabu
Cara memotret milkyway atau bimasakti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar