Label

Senin, 28 Mei 2018

Beli Kartu Memori Jangan Asal Pilih, Atau Anda Akan Menyesal

   Kartu memori atau memory card adalah media penyimpanan eksternal yang sangat berperan penting dalam dunia elektronik seperti handphone, kamera, dll. Misal kamera, sebuah kamera tidak akan dapat menyimpan foto dan video tanpa adanya memory card. Kartu memori juga berpengaruh terhadap kinerja kamera. Jadi jangan asal pilih saat anda membeli kartu memori, jika asal-asalan mungkin bisa mendapat pengalaman pahit seperti saya.
   Di bawah ini saya akan bercerita tentang kartu memori yang belum lama saya beli. Jadi awal mulanya kartu memori yang biasa saya pakai untuk kamera DSLR tiba-tiba tidak terbaca di kamera, itu terjadi saat saya naik ke Gunung Merbabu. Saya biasa memakai Micro SD+adaptor saat memotret dengan DSLR, alasannya karena bisa langsuh dipindahkan ke HP. Saat saya menyalakan kamera, tiba-tiba memori tidak terbaca alias rusak (wajar karena memori sudah berumur sekitar 5 tahun). Untung saja saya membawa HP yang di dalamnya ada micro SD, jadi tinggal saya pindahkan saja memori yang ada di HP ke kamera, beres dan acara foto-foto berjalan lancar...
   Pengalaman pahitnya yaitu di lain hari saya beli Micro SD untuk menggantikan kartu memori yang ada di kamera. Karena dana pas-pasan akhirnya saya memilih membeli micro SD yang dibandrol dengan harga miring tanpa memperhatikan merk. Saya lihat merk-nya belum terkenal, saya pun baru kali ini mendengar merk itu. Saya beli dengan harga 60rb dengan kapasitas 8GB class 10, lumayan murah pikirku. Awalnya memori bekerja dengan normal pada kamera. Namun baru beberapa hari pemakaian mulai tersendat-sendat dan mengganggu kinerja kamera, apalagi untuk merekam video, putus-putus terus. Saya coba memasang kartu memori tersebut di HP saya dan berjalan lancar, saya coba hubungkan ke PC lancar, oke lah, saya pikir hanya di kamera saja yang bermasalah.
   Beberapa hari kemudian, tepatnya di hari liburku, ada perasaan ingin hunting foto, akhirnya mau tidak mau saya membeli memori lagi. Kali ini saya beli yang bermerk dan agak mahal tentunya yaitu 115rb dengan kapasitas 16GB class 10, daripada baru dipakai beberapa hari atau beberapa minggu sudah rusak lebih baik membeli yang lebih terpercaya kualitasnya.
   Karena tanggal tua, terbesit untuk menjual memori yang tidak terpakai yaitu yang kapasitas 8GB tadi. Karena di HP saya dan di laptop masih terbaca normal akhirnya saya jual melaui iklan jual beli online. Sehari setelah pasang iklan akhirnya ada yang minat dengan memori tersebut. Setelah cocok tawar menawar, akhirnya kami COD. Setelah bertemu saya suruh orang itu untuk memcoba dulu. Tak pernah terfikirkan oleh saya, pas di coba di HPnya ternyata kartu memori tidak terbaca/error. Sungguh saya merasa tidak enak dengannya, akhirnya saya coba kembali memori itu ke HP saya, berjalan normal tanpa kendala. Tapi karena di HPnya tidak bisa dan di coba di HP temannya juga tidak terbaca, akhirnya saya tarik kembali memori itu dan tidak jadi untuk menjualnya. Dengan perasaan yang tidak enak, saya pun pamit pulang. Di tengah perjalanan pulang saya bertemu dengan teman saya, akhirnya saya menawarkan memori tadi ke teman saya, jikalau memori tersebut bisa terbaca di HPnya akan saya kasihkan cuma-cuma ke teman saya. Namun ternyata di HP teman saya juga tidak terbaca. Akhirnya saya bawa pulang memori itu. Sampai saya menulis cerita ini, memori tersebut bisa terbaca normal di laptop saya. Jadi kesimpulannya kartu memori tersebut kualitasnya jelek.

Pesan saya, belilah kartu memori dengan merk ternama yang original, yang sudah teruji kualitasnya. Lebih baik membeli dengan harga yang agak mahal tetapi jangka waktu pemakaian bisa panjang daripada membeli yang asal-asalan dan akhirnya baru sebentar beli lagi sebentar beli lagi, malah jadi boros.
Mungkin cukup sekian dari saya, bila ada salah kata saya mohon maaf :)

Senin, 21 Mei 2018

Pengalaman Pertama Naik Gunung Sendirian

  Halo teman-teman, apa kabar hari ini? semoga sehat ya...
Kali ini saya akan menceritakan pengalaman pertama kali naik gunung sendirian. Sebenarnya saya tidak ada niatan untuk naik gunung sendian. Jadi awal mulanya begini, 2 minggu sebelum naik saya janjian dengan teman (kenalan di Instagram), dan kami memutuskan untuk mendaki gunung tanggal 9 April 2018, yaitu mendaki Gunung Merapi. Kami janjian berangkat dari rumah masing-masing pukul 17:00 WIB karena tanggal 9 April jatuh pada hari senin dan saya harus kerja dulu siangnya. Saya janjian dengan Dea dari Purworejo, dan dia mengajak teman-temannya juga, ada yang satu kota dengannya, ada yang dari Kebumen, dan satu lagi dari Jakarta.
   Waktu yang di nanti-nanti telah tiba, semua peralatan dan barang-barang sudah aku siapkan sejak minggu malam dan paginya saya bawa ke tempat kerja supaya saat jam kerja selesai saya bisa langsung menuju ke basecamp. Saat hendak berangkat tiba-tiba langit gelap, gerimis, suara guntur juga terdengar, membuat semangatku menurun saja, tapi tetap saya bertekad untuk berangkat. Sekitar pukul 17:00 WIB saya berangkat, karena kami janjian ketemuan di basecamp, jadi saya langsung menuju basecamp sedangkan mereka berkumpul dulu di Magelang. Baru 15 menit mengendarai sepeda motor, hujan datang dengan derasnya disertai angin kencang, saya berteduh sebentar sambil memakai jas hujan, semangatku pun semakin menurun, tetapi tetap melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah setelah setengah jam perjalanan hujan reda, saya melepas jas hujan dan membuka google maps karena saya tidak hafal jalan menuju basecamp. Sekitar pukul 18:45 WIB saya sampai di basecamp dan langsung mengabari teman saya kalau saya sudah sampai basecamp Barameru (Jalur Selo), tetapi ternyata teman saya baru sampai Magelang. Saya pun makan dulu di samping basecamp sambil menunggu mereka datang. Selesai makan saya kembali ke basecamp, di dalam ada 2 orang pendaki yang berasal dari Kendal, dan kami berkenalan. Mereka bernama Fajar dan Bagas, dan mereka berniat akan bergabung dengan teman-teman saya. Setelah kami mengobrol sebentar, mereka mengajak saya untuk sholat sambil menunggu teman saya, dan saya menyanggupinya. Setelah sholat di Masjid, kami kembali ke basecamp namun teman-teman saya belum juga datang. Karena teman saya belum datang-datang juga, akhirnya mereka (Fajar dan Bagas) pamit untuk naik duluan sekitar pukul 20:30 WIB. Saya coba hubungi teman saya, ternyata mereka nyasar jauh, karena mereka juga tidak ada yang hafal jalan. Saya tetap setia menunggu mereka, hingga pukul 22:00 WIB teman saya memberitahukanku kalau mereka sudah sampai di dekat basecamp (di rumah warga), kira-kira 2 KM dari basecamp. Saya di suruh ke sana tapi saya tidak mau karena motor sudah terparkir di dalam, dan saya memilih menunggu di BC. Setengah jam berlalu saya coba tanya teman saya akan ke BC jam berapa, tapi katanya tidak tahu, karena dia ngikut teman yang lain. Oke deh saya masih setia meunggu, dan setelah saya buka WA, ternyata teman saya sudah update status di WA yang intinya "Mau di lanjut kok sudah kemaleman". Dan akhirnya saya menanyakan mau lanjut atau mau naik besok pagi. Tapi lagi-lagi jawabannya kurang jelas, saya coba lihat jam ternyata sudah pukul 23:00 WIB, waduh sudah malam ternyata. Saya coba keluar melihat keadaan luar, ternyata sudah tidak ada pendaki yang di luar melainkan sudah naik semua. Dan yang lebih parah, tempat pendaftaran sudah tutup! Saya mulai panik, saya berniat untuk naik sendirian dan mencoba mengetuk pintu ruang pendaftaran. Beberapa kali saya mengetuk namun tidak ada tanda-tanda dibukakan pintu. Saya coba ketuk beberapa kali lagi, dan akhirnya pintu di buka oleh seseorang penjaganya yang terlihat sudah ngantuk sekali. Saya meminta maaf karena telah mengganggu tidurnya dan mencoba jelaskan apa tujuan saya, dan akhirnya saya di ijinkan naik sendirian. Sebelum meninggalkan ruang pendaftaran saya di suruh menutup pintu BC karena sudah tidak ada orang dan mewanti-wanti saya untuk memberitahukan kepada teman saya bahwa kalau ingin naik besok pagi saja karena setelah ini tidak akan membukakan pintu lagi jika masih ada yang datang dikeranakan sudah mengantuk sekali. Saya pun meningggalkan ruang pendaftaran sambil mengucap maaf lagi karena telah mengganggu tidurnya. Sebelum naik, saya memberitahukan ke teman saya kalau BC sudah tutup dan naik pagi saja karena ruang pendaftaran sudah tutu dan tidak menerima pendaftaran lagi malam itu. Teman saya mencoba melarang saya untuk naik sendiri dan menyuruh saya ke tempat mereka, namun saya tetap bersikukuh naik malam ini karena siang saya harus sudah turun (hanya cuti 1 hari) dan kalaupun saya pulang juga sudah nanggung, sudah sampai BC dan sudah menyewa alat-alat mendaki seperti tenda, carrier, matras, dll. Saya matikan sinyal hp untuk mengirit baterai dan memulai naik. Dari BC jalan masih beraspal namun sudah menanjak. Saya mengeluarkan senter dan menyalakannya, busettt kenapa senternya jadi redup, bahkan untuk menyoroti petunjuk arah pun tetap tidak terlihat jelas. Namun karena sudah bertekad untuk naik, saya lanjutkan perjalanan. Sambil berjalan saya melihat bintang-bintang di langit, sungguh indah, lumayan cerah malam itu, yang membuat saya semakin bersemangat. Tak lama berjalan, saya sampai di New Selo. Sepi, sudah tidak ada orang satupun di sana. Saya sempatkan foto-foto di sana, maksudnya memotret pemandangan.

New Selo Malam Hari
Setelah mendapatkan beberapa foto, saya kembali melanjutkan perjalanan. Sekitaran New Selo ke atas masih berupa kebun yang di tanami sayur-sayuran oleh warga. Saya juga menjumpai sepeda motor di pinggir jalan setapak (cor) yang sedang di tinggal pergi pemiliknya. Saya melanjutkan perjalanan hingga akhirnya mulai memasuki hutan. Suasana menjadi agak mencekam, tak ada suara pendaki lain, yang ada hanyalah suara binatang seperti jangkrik, dll.  Saya terus berjalan sambil sesekali berhenti sejenak untuk melepas lelah. Kali ini entah kenapa bebanku terasa lebih berat, dan tubuhku terasa cepat lelah. Pikirku mungkin karena baru berjalan dan belum panas, jadi tubuh belum menyesuaikan dengan jalan yang menanjak, atau mungkin kurang bersemangat karena tidak ada teman untuk mengobrol. Langkah demi langkah ku jalani, hingga ku temui jalan yang sangat sempit, banyak tumbuh-tumbuhan yang membuat jalur jadi seperti terowongan, yang membuat bulu kuduk merinding, namun saya tetap terus berjalan. Di tambah lagi jika ingat waktu dulu naik gunung ini bersama teman-teman saya, saya semakin merinding. Bagaimana tidak, salah satu dari teman saya pernah melihat poc**g di Gunung ini, di jalur ini pula. Namun ku buang jauh-jauh pikiran itu dan ku coba memikirkan sesuatu yang lain. Hingga sampai di Pos 1 belum bertemu dengan satu orang pun. Saya beristirahat sebentar sambil meneguk air mineral, lalu ku lanjutkan berjalan. Telah lama ku berjalan, semakin ke atas semakin menanjak saja jalannya, sampai membuat saya harus berhenti berkali-kali untuk beristirahat.
Sekitar 4 jam saya berjalan sendirian, tiba-tiba terdengar suara orang sedang mengobrol, pikirku itu adalah pendaki yang saya lihat di basecamp tadi. Sekitar 15 menit berjalan suara orang mengobrol itu semakin dekat dan semakin mendekat hingga akhirnya saya melihat cahaya senter dari arah bawah. Saya sengaja berhenti untuk beristirahat sejenak sambil menunggu dan ingin tahu siapa mereka itu. Ternyata mereka adalah bule-bule yang ditemani oleh orang lokal. Mereka melewatiku sambil menyapa, mereka terus berjalan. Ku lihat mereka tidak membawa apa-apa, sebagian lagi ada yang hanya membawa ransel. Pikirku, enak ya mereka tidak bawa apa-apa, sedangkan saya harus bawa tenda dan peralatan lainnya yang membuat tubuh ini semakin lelah. Saya melanjutkan naik lagi, dan lagi-lagi di salip oleh bule-bule lagi. Saya berjalan selow, sedangkan mereka agak cepat. Saya pikir saya adalah pendaki terakhir yang naik malam ini, ternyata dugaanku salah. Tapi saya yakin saya adalah pendaki terakhir yang naik dengan ijin malam ini. Tak lama berjalan akhirnya sampai Pos 2, tempatnya cukup terbuka, tetapi angin berhembus lebih kencang.  Saya berhenti di Pos 2 dan saya kembali mengeluarkan kamera dan langsung memotret milkyway yang sudah ku tunggu-tunggu sedari tadi.
Milkyway di Pos 2 Gunung Merapi via Selo
Pos 2 Gunung Merapi via Selo
Saat sedang asyik memotret, tiba-tiba datang pendaki dari arah bawah mendekatiku sambil berkata "Dari mana mas?" lalu saya jawab dari Jogja, dia berkata lagi "ini Dani ya?" saya jawab iya mas. Lalu dia memperkenalkan diri, ternyata mereka ini adalah orang-orang yang saya tunggu-tunggu di basecamp, saya tak menyangka kami bertemu di sini. Karena saya belum puas memotret milkyway, saya persilahkan mereka untuk melanjutkan naik duluan dan nanti saya menyusul. Mereka sudah berjalan naik beberapa langkah, namun ada salah satu teman yang sudah kelelahan, akhirnya kami mendirikan tenda di Pos 2 ini. Setelah tenda berdiri, kami membuat kopi dan mengobrol. Saya kira mereka akan naik di pagi harinya, ternyata mereka naik sekitar pukul 00:00. Waktu hampir pagi kami pun segera tidur.
Sekitar pukul 08:20 kami bangun, namun ku rasakan sangat malas untuk bangun dan berniat untuk tidak ikut summit attack karena menurut saya sudah terlalu siang untuk melanjutkan ke puncak. Akhirnya mereka naik, dan saya memasak mie instan. Selesai makan sekitar 09:30 saya berjalan-jalan di sekitar Pos 2. Kulihat puncak sudah dekat, ternyata jalur ini hanya ada 2 pos, naik lagi sudah pasar bubrah dan atas pasar bubrah sudah puncak. Saya berniat untuk menyusul teman-teman saya. Setelah bersiap-siap, saya berjalan dan baru berjalan beberapa langkah salah satu teman sudah kembali turun. Saya tanya kenapa dia balik sendiri, dia menjawab "iya saya nggak ikut ke puncak, cuma sampai pasar bubrah karena sudah capek dan saya juga bawa carrier juga sedangkan teman yang lain tidak bawa apa-apa, medannya juga nanjak banget". Lalu ku urungkan niat untuk menyusul mereka, akhirnya saya kembali ke tenda bersamanya. Kami ngopi-ngopi dan ngobrol di tenda. Selesai ngobrol kami tidur lagi untuk mengurangi rasa ngantuk karena memang kami kurang tidur. Sedang asyik tidur, teman-teman sudah kembali, akhirnya saya bangun, kami pun masak-masak lagi. Hari sudah siang, selesai makan kami beres-beres dan melipat tenda. Selesai beres-beres kami melakukan perjalanan turun. Tidak terlalu lama seperti naik, kami turun hanya setengahnya dari waktu untuk naik, atau bahkan tidak ada setengahnya. Sesampai di basecamp saya antar teman-teman ke rumah warga yang ditumpanginya tadi malam karena motor mereka ada di sana. Saya yang sudah lelah langsung berpamitan untuk pulang duluan, sedangkan mereka masih mampir di rumah warga itu.

Baca juga: 
cara memotret milkyway atau bimasakti 
pengalaman memotret milkyway di gunung merbabu 
pengalaman pertama kali memotret milkyway